Berusaha sebisa mungkin hingga akhirnya mencapai sukses.. :)
“ O S I L A T O R ”
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Pada praktikum kali ini akan di percobakan tentang
“osilator”. Praktikum osilator adalah suatu konsep pendalaman tentang
elektronika analog yang mencakup beberapa aspek pengetahuan dasar tentang
impedansi, reaktansi, resistansi, penguatan, umpan balik, penapisan, daerah
kerja, stabilitas, kontrol dan distorsi, baik elektronis, linieritas, harmonik
bahkan multiplikatif serta teori gelombang dalam elektronika.
Osilator merupakan piranti elektronika yang dapat
membangkitkan getaran listrik dengan frekuensi tertentu dan amplitudonya tetap
serta menghasilkan keluaran berupa isyarat tegangan. Osilator berbeda dengan penguat , karena
penguat memerlukan isyarat penguat untuk menghasilkan isyarat keluaran. Tetapi
pada osilator tak ada isyarat masukan, hanya ada isyarat keluaran saja, yang
frekuensi dan amplitudo dapat dikendalikan.
I.2
Ruang Lingkup
Adapun pada percobaan ini menitikberatkan pada nilai
perbandingan frekuensi gelombang dari rangkaian osilator dan signal generatir
dengan resistor yang berbeda-beda.
I.3
Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1.
Memahami
pengaturan dan mpan balik
2.
Memahami
penapisan dan penalaan frekuensi isyarat suatu gelombang
3.
Mengukur
stabilitas osilasi dan titik kerja serta daerah kerja suatu penguat
4.
Mengetahui
adanya distorsi harmonik yang terdapat pada suatu sistem osilasi
I.4 Waktu dan Tempat
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Osilator merupakan piranti elektronik yang menghasilkan
keluaran berupa isyarat tegangan. Bentuk isyarat tegangan terhadap waktu ada
bermacam-macam, yaitu bentuk sinusoida, persegi, segitiga, gigi gergaji atau
denyut. Osilator berbeda dengan penguat, oleh karena penguat memerlukan isyarat
masukan untuk menghasilkan isyarat keluaran. Pada osiltaor, tak ada isyarat
masukan, hanya ada isyarat keluaran saja, yang frekuensi dan amplitudo dapat
dikendalikan. Seringkali suatu penguat secara tak disengaja menghasilkan
keluaran tanpa masukan dengan frekuensi yang nilainya tak dapat dikendalikan.
Dalam hal ini penguat dikatakan berosilasi.
Osilator adalah suatu alat yang
merupakan gabungan elemen-elemen aktif dan pasif untuk menghasilkan bentuk
gelombang sinusoidal atau bentuk gelombang periodik lainnya. Suatu osilator
memberikan tegangan keluaran dari suatu bentuk gelombang yang diketahui tanpa
penggunaan sinyal masuk dari luar. Osilator mengubah daya arus seaarh (dc) dari
catu daya ke daya arus bolak-balik (ac) dalam beban. Dengan demikian fungsi
osilator berlawanan dengan penyearah yang mengubah daya searah ke daya
bolak-balik.
Suatu osilator dapat membangkitkan bentuk gelombang pada suatu frekuensi dalam batas beberapa siklus tiap jam sampai beberapa ratus juta siklus tiap detik. Osilator dapat hamper secara murni menghasikan gelombang sinusoidal dengan frekuensi tetap, ataupun gelombang yang hanya dengan harmonic. Osilator umumnya digunakan dalam pemancar dan penerima radio dan televisi, dalam radar dan dalam berbagai sistem komunikasi.
Suatu osilator dapat membangkitkan bentuk gelombang pada suatu frekuensi dalam batas beberapa siklus tiap jam sampai beberapa ratus juta siklus tiap detik. Osilator dapat hamper secara murni menghasikan gelombang sinusoidal dengan frekuensi tetap, ataupun gelombang yang hanya dengan harmonic. Osilator umumnya digunakan dalam pemancar dan penerima radio dan televisi, dalam radar dan dalam berbagai sistem komunikasi.
Osilator digunakan secara luas
sebagai sumber isyarat untuk menguji suatu rangkaian elektronik. Osilator
seperti ini disebut pembangkit isyarat, atau pembangkit fungsi jika isyarat
keluarannya dapat mempunyai berbagai bentuk.
Osilator juga digunakan pada
pemancar radio dan televisi, dan juga dalam komunikasi radio, gelombang mikro,
maupun optik untuk menghasilkan gelombang elektromagnet yang dapat ditumpangi
berbagai infosmasi.
Pesawat penerima radio dan
televisi juga menggunakan osilator untuk mengolah isyarat yang datang. Isyarat
yang datang ini dicampur dengan isyarat dari osilator lokal sehingga
menghasilkan isyarat pembawa informasi dengan frekuensi lebih rendah. Isyarat
yang terakhir ini dikenal sebagai isyarat if(intermediate
frequency).
Osilator juga digunakan untuk
mendeteksi dan menentukan jarak dengan gelombang mikro (radar) ataupun
gelombang ultrasonik (sonar). Selain itu hampir semua alat digital seperti jam
tangan, digital kalkulator, komputer, alat-alat pembantu komputer, dan
sebagainya menggunakan osilator. Jelaslah osilator memegang peranan amat
penting dalam dunia elektronik.
Pada dasarnya ada tiga macam
osilator, yaitu osilator RC, osilator LC, dan osilator relaksasi. Dua yang
pertama menghasilkan isyarat berbentuk
sinusoida sedangkan osilator relaksasi menghasilkan isyarat persegi, segitiga,
gigi gergaji atau pulsa.
Untuk
memahami kerja osilator terlebih dahulu kita harus faham tentang umpan balik,
terutama umpan balik positif. Selanjutnya akan mudah memahami macam-macam
osilator.
II.1 Umpan Balik
Umpan balik (feedback)
ialah usaha untuk mengembalikan sebagian isyarat keluaran kepada isyarat
masukan. Balikan yang dipasang untuk memperlemah isyarat masukan disebut balikan negatif. Sedang balikan yang
dipasang untuk memperkuat masukan disebut balikan
positif.
Balikan negatif akan membuat sistem menjadi lebih mantap.
Suatu penguat dikatakan tidak mantap, jika mudah berosilasi. Dalam keadaan
osilasi penguat menghasilkan isyarat keluaran walaupun masukan tak diberi
isyarat. Ini tak diinginkan terjadi pada penguat. Dengan menggunakan balikan
negatif akan diperoleh tanggapan frekuensi yang lebih lebar, dan cacat yang
lebih kecil pada bentuk isyarat keluaran.
Balikan positif digunakan bila kita ingin membuat osilator yaitu rangkaian elektronik yang
menghasilkan isyarat yang terkendali tanpa adanya isyarat masukan.
II.2 osilator RC
Osilaor RC menggunakan hambatan R
dan kapasitansi C untuk mengatur frekuensi. Isyarat yang dihasilkan dapat
diusahakan agar berbentuk sinusoida. Osilator ini menggunakan balikan positif
yang bersifat reaktif, sehingga kondisi osilasi, yaitu βV GV(
) = 1 hanya berlaku untuk satu nilai frekuensi, yang berakibat isyarat
keluaran berbentuk sinusoida.
Ada beberapa macam osilator RC,
yaitu :
a. Osilator
Jembatan Wien
Gambar II.1 osilator jembatan Wien
Osilator
ini termasuk jenis osilator RC. Osilator jembatan Wien disebut juga
osilator “Twin-T” karena menggunakan dua “T” sirkuit RC beroperasi secara
paralel.Satu rangkaian adalah sebuah RCR “T” yang bertindak sebagai filter
low-pass. Rangkaian kedua adalah CRC “T” yang beroperasi sebagai penyaring
bernilai tinggi. Bersama sama, sirkuit ini membentuk sebuah jembatan yang
disetel pada frekuensi osilasi yang diinginkan. Sinyal di cabang CRC dari
filter Twin-T yang maju, di RCR itu – tertunda, sehingga mereka dapat
melemahkan satu sama lain pada frekuensi tertentu.
b.
Osilator pergeseran Fasa
Gambar II.2 Osilator Pergeseran Fasa
Osilator
pergeseran fasa termasuk jenis osilator RC. Pada osilator pergeseran fasa
terdapat sebuah pembalik fasa total 180 derajat. Pembalik fasa ini di menggeser
fasa sinyal output sebesar 180 derajat dan memasukkan kembali ke input sehingga
terjadi umpan balik positif. Rangkaian pembalik fasa ini biasanya dibentuk oleh
tiga buah rangkaian RC.
II.3 Dasar-dasar Osilator
Diagram
blok osilator balikan diperlihatkan pada gambar II.3.
Terlihat osilator memiliki perangkat penguat, jaringan balikan, rangkaian
penentu frekuensi dan catu daya. Isyarat masukan diperkuat oleh penguat (amplifier)
kemudian sebagian isyarat yang telah diperkuat dikirim kembali ke masukan
melalui rangkaian balikan. Isyarat balikan harus memiliki fase dan nilai yang
betul agar terjadi osilasi.
II.4 Pengoperasian Rangkaian LC
Frekuensi
osilator balikan biasanya ditentukan dengan menggunakan jaringan
induktorkapasitor (LC). Jaringan LC sering disebut sebagai
“rangkaian tangki”, karena kemampuannya menampung tegangan AC pada “frekuensi
resonansi”. Untuk melihat bagaimana isyarat AC dapat dihasilkan dari isyarat
DC, marilah kita lihat rangkaian tangki LC seperti terlihat pada gambar II.4. Pada saat saklar ditutup
sementara (gambar II.4-a), maka kapasitor akan terisi sebesar
tegangan baterai. Perhatikan arah arus pengisian. Gambar II.4-c
memperlihatkan kapasitor telah secara penuh termuati.
Selanjutnya
akan kita lihat bagaimana rangkaian tangki menghasilkan tegangan dalam bentuk
gelombang sinus. Pertama, kita berasumsi kapasitor pada gambar II.5-a
telah termuati. Gambar II.5-b memperlihatkan kapasitor dilucuti
melalui induktor. Arus pelucutan melewati L menyebabkan terjadinya
elektromagnet yang membesar di sekitar induktor. Gambar II.5-c
memperlihatkan kapasitor telah terlucuti berakibat terjadinya penurunan
elektromagnet di sekitar induktor.
Ini
menyebabkan arus akan tetap mengalir dalam waktu yang singkat. Gambar II.5-d
memperlihatkan proses pengisian kapasitor melalui arus induksi dari hasil
penurunan medan magnet. Selanjutnya kapasitor mulai dilucuti lagi melalui L.
Perhatikan pada gambar II.5-e,
arah arus pelucutan berkebalikan dari sebelumnya. Elektromagnet mulai membesar
lagi (polaritas terbalik). Gambar II.5-f menunjukkan kapasitor telah terlucuti
dan termuati lagi melalui arus induksi (gambar II.5-g).
Demikian seterusnya proses ini akan berulang dan menghasilkan tegangan AC.
Frekuensi
tegangan AC yang dibangkitkan oleh rangkaian tangki akan tergantung dari harga L
dan C yang digunakan. Ini yang disebut sebagai “frekuensi resonansi”
dengan harga
dimana
r f adalah frekuensi resonansi dalam hertz (Hz), L adalah
induktasi dalam henry dan C adalah kapasitansi dalam farad. Resonansi
terjadi saat reaktansi kapasitif C X besarnya sama dengan reaktansi
induktif L X . Rangkaian tangkai akan berosilasi pada frekuensi ini.
Gambar
II.5
Proses pengisian dan pelucutan rangkaian LC.
Pada
frekuensi osilasi rangkaian tangki LC tentunya memiliki resistaansi yang
akan
mengganggu aliran arus pada rangkaian. Akibatnya, tegangan AC akan cenderung
menurun setelah melakukan beberapa putaran osilasi. Gambar II.6-a
memperlihatkan hasil gelombang rangkaian tangki. Perhatikan bagaimana omplitudo
gelombang mengalami penurunan yang biasa disebut sebagai gelombang sinus
teredam (damped sine wave).
Dalam
hal ini, rangkaian telah terjadi kehilangan energi yang diubah dalam bentuk
panas. Osilasi rangkaian tangkai dapat dibuat secara kontinu jika kita
menambahkan energi secara periodik dalam rangkaian. Energi ini akan digunakan
untuk mengganti energi panas yang hilang. GambarII.6-b
menunjukkan gelombang kontinu (continuous wave-CW) pada rangkaian tangki
yang secara periodik ditambahkan energy pada rangkaian.
Gambar II.6 Tipe gelombang: a) Osilator
teredam dan b) Gelombang kontinu
Tambahan
energi pada rangkaian tangki dengan menghubungkan kapasitor
dengan
sumber DC, tidak mungkin dilakukan secara manual. Proses pemutusan dan
penyambungan dengan kapasitor dilakukan secara elektronik dengan menggunakan
jasa transistor. Perlu diingat bahwa induktasi dari kumparan akan tergantung
pada frekuensi pengoperasian. Osilator LC biasanya dioperasikan pada
daerah RF. Bentuk kumparan osilator pada daerah RF. Induktansi
kumparan biasanya dapat diubah dengan menggeser batang “ferit” yang ada di
dalam kumparan. Ini akan membantu mengatur frekuensi dari rangkaian tangki.
Gambar
II.7 Osilator Armstrong: a) Rangkaian
dasar dan b) Kurva karakteristik
a.
Osilator
Armstrong
Osilator
Armstrong seperti diperlihatkan pada gambar II.7 merupakan hasil penerapan osilator LC.
Rangkaian dasar dibuat dengan memberikan panjar maju pada sambungan
emitor-basis dan panjar mundur pada kolektor. Pemberian panjar dilakukan lewat
resistor R3 . Resistor R1 dan 2 R berlaku sebagai pembagi
tegangan. Saat awal transistor diberi daya, resistor 1 R dan 2 R membawa
transistor ke titik pengoperasian Q pada bagian tengah garis beban (lihat
gambar II.7-b).
Keluaran
transistor (pada kolektor) secara ideal adalah 0 volt. Saat terjadi hantaran
arus awal pada saat dihidupkan, terjadi darau (noise) yang akan terlihat
pada kolektor. Namun biasanya berharga sangat kecil. Misalnya kita mempunyai
isyarat -1 mV yang Nampak pada kolektor. Transformator T1 akan membalik
tegangan ini dan menurunkannya dengan faktor 10 (nisbah primer-sekunder 1:10).
Isyarat sebesar +0,1 mV akan Nampak pada C1 pada rangkaian basis.
b.
Osilator
Hartley
Osilator
Hartley termasuk jenis osilator LC. Osilator Hartley tersusun dari dua buah
induktor yang disusun seri dan sebuah kapasitor tunggal. Kelebihan osilator
hartley adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan
sebuah kapasitor variabel pada komponen kapasitornya. Selain itu amplitudo
output osilator juga relatif tetap pada range frekuensi kerja penguat osilator.
c.
Osilator Colpits
Osilator
Colpits termasuk jenis osilator LC. Osilator colpits tersusun dari dua buah kapasitor
yang disusun seri dan sebuah induktor tunggal. Kelebihan osilator colpits
adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan sebuah
induktor variabel pada komponen induktornya seperti halnya penggunaan kapasitor
variabel pada osilator hartley. Amplitudo output osilator juga relatif tetap
pada range frekuensi kerja penguat osilator.
d.
Osilator Clapp
Osilator
Clapp termasuk jenis osilator LC. Osilator Clapp tersusun dari tiga buah
kapasitor dan satu buah induktor. Konfigurasi osilator clapp sama dengan
osilator colpits namun ada penambahan kapasitor yang disusun seri dengan
induktor (L). Osilator Clapp diperkenalkan oleh James K. Clapp pada tahun 1948.
II.5 Osilator
Kristal
Osilator
Kristal adalah osilator yang rangkaian resonansinya tidak menggunakanan LC atau
RC melainkan sebuah kristal kwarsa. Rangkaian dalam kristal mewakili rangkaian
R, L dan C yang disusun seri. Osilator Pierce ditemukan oleh George W. Pierce.
Osilator Pierce banyak dipakai pada rangkaian digital karena bentuknya yang
simpel dan frekuensinya yang stabil.
II.6 Osilator
Relaksasi
Osilator
Relaksasi adalah osilator yang memanfaatkan prinsip saklar secara terus menerus
dengan periode tertentu yang menentukan frekuensi output. Osilator relaksasi
menghasilkan beberapa bentuk gelombang
non sinus, yaitu : Gelombang kotak, segitiga, pulsa dan gigi gergaji.
Osilator
relaksasi sederhana adalah sebuah multivibrator
/ flip-flop. Prinsipnya adalah mensaklar tagangan suply oleh sebuah
komponen transistor atau FET.
Osilator
relaksasi juga ada yang menggunakan IC yaitu yang terkenal adalah dengan IC
555.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat beserta fungsi dan
gambarnya
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Multimeter
Berfungsi
untuk mengukur tegangan, arus, dan
hambatan pada rangkaian.
b. Catu daya
Berfungsi sebagai sumber tegangan dalam rangkaian.
c. Osiloskop
Berfungsi mengamati sinyal output yang dihasilkan oleh
rangkaian setelah diberikan frekuensi tertentu.
d. Signal generator
Berfungsi sebagai pembangkit
sinyal pada rangkaian dan pengatur frekuensi.
e. Kit praktikum
Berfungsi sebagai tempat merangakai rangkaian percobaan.
f.
Kabel
jumper
Berfungsi sebagai penghubung rangkaian.
III.1.2 Bahan beserta Fungsi
dan Gambarnya
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Resistor
Berfungsi sebagai penghambat arus listrik.
b. Kapasitor
Berfungsi menyimpan muatan
listrik dalam bentuk medan listrik.
c. Induktor
III.2 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur yang dilakukan dalam percobaan ini adalah
:
1.
Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan
2.
Mengkalibrasi
alat seperti multimeter dan osiloskop
3.
Menyusun
rangkaian seperti pada gambar di bawah ini
4. Menghubungkan
rangkaian dengan catu daya dan osiloskop serta signal generator pada rangkaian
yang telah dibuat, dan kabel positif pada input sedang kabel yang negative pada
outputnya.
5. Setelah catu
daya dan osiloskop di On maka dapat dilihat gelombang sinusoida yang dihasilkan
pada layar osiloskop untuk mencari nilai frekuensinya.
6. Mengganti
kapasitor dengan kapasitor C2 yang nilainya berbeda dengan kapasitor
pertama sebanyak 2 kali dan mengulang prosedur 2-3;
7. Mengganti
resistir Re dengan resistansi yang berbeda sebanyak 2 kali dan
mengulang prosedur 2-3.
8. Mencatat
nilia frekuensi sesuai pada osiloskop.
DAFTAR PUSTAKA
Dwihono, 1996, Rangkaian Elektronika Analog,
PT.Elax Media; Jakarta.
Malvino, 1992. Prinsip-prinsip
Elektronika(Edisi Terjemahan). Erlangga; Jakarta
Reka, S. Rio, 1999, Fisika dan
teknologi semikonduktor, PT. Pradnya Paramita; Jakarta.
Sutrisno, 1985. Elektonika 2 Teori
dan Penerapannya. ITB ; Bandung.
Yohanes, H. C. 1979. Dasar-dasar
Elektronika. Ghalia Indonesia; Jakarta.
Radio adalah
teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik
(gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara
dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang
ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
Gelombang
radio adalah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik, dan terbentuk ketika
objek bermuatan listrik dari gelombang osilator (gelombang pembawa) dimodulasi
dengan gelombang audio (ditumpangkan frekuensinya) pada frekuensi yang terdapat
dalam frekuensi gelombang
radio pada suatu spektrum
elektromagnetik, dan radiasi elektromagnetiknya
bergerak dengan cara osilasi elektrik maupun magnetik.
radio merupakan salah satu alat komunikasi yang
populer. Alat ini bekerja karena adanya gelombang radio. Gelombang radio dapat
dideteksi oleh kombinasi (i) udara untuk menerima gelombang elektromagnetik dan
mengubahnya menjadi osilasi listrik dan (ii) dioda dalam sirkuit elektronik
tepat didengarkan di penerima yang menghasilkan sinyal audio-frekuensi.
Gelombang radio banyak digunakan dalam bidang komunikasi. Gelombang radio dapat
mencapai tempat-tempat yang jauh karena gelombang ini mudah dipantulkan oleh
partikel bermuatan yang berada di lapisan atosfer bumi (ionosfer).
Gelombang radio ini diaplikasikan
sebagai alat komunikasi, sebagai pembawa informasi dari satu tempat ke tempat
lain. Gelombang radio banyak digunakan, terutama dalam bidang telekomunikasi,
seperti handphone, televisi, dan radio. Di antara spektrum gelombang elektromagnetik,
gelombang radio termasuk ke dalam spektrum yang memiliki panjang gelombang
terbesar dan memiliki frekuensi paling kecil. Gelombang radio dihasilkan oleh
elektron pada kawat penghantar yang menimbulkan arus bolak-balik pada kawat.
Kenyataannya arus bolak-balik yang terdapat pada kawat ini, dihasilkan oleh
gelombang elektromagnetik.
Gelombang
radio ini dipancarkan dari antena pemancar (transmitter) dan diterima
oleh antena penerima (receiver). Jika dibedakan berdasarkan
frekuensinya,gelombang radio dibagi menjadi beberapa band frekuensi. Oleh
karena itu gelombang ini digunakan untuk membawa informasi baik dalam bentuk
modulasi amplitudo (AM) maupun modulasi frekuensi (FM).
A. Gelombang Radio AM (Amplitudo
Mudulation)
Informasi yang dipancarkan oleh
antena yang berupa suara dibawa gelombang radio berupa perubahan amplitudo yang
disebut amplitudo modulasi (AM). Gelombang AM mempunyai frekuensi antaraHz
sampai Hz. Gelombang tersebut memiliki sifat mudah dipantulkan oleh
lapisan ionosfer bumi, sehingga mampu mencapai jangkauan yang sangat jauh dari
stasiun pemancar radio.
Kelemahan gelombang radio AM adalah sering terganggu oleh gejala kelistrikan di udara,
sehingga gelombang yang ditangkap pesawat radio kadang terdengar berisik.
B. Gelombang Radio FM (Frequency
Modulation)
Gelombang radio FM dan mempunyai
frekuensi sekitar Hz. Radio FM menggunakan gelombang ini sebagai pembawa
berita/informasi. Informasi dibawa dengan cara frekuensi modulasi (FM).
Pemancar FM lebih jernih jika dibandingkan dengan pemancar AM. Hal ini dikarenakan
gelombang radio FM tidak terpengaruh oleh gejala kelistrikan di udara.
Gelombang radio FM tidak dapat dipantulkan oleh ionosfer bumi, sehingga tidak
dapat menjangkau tempat-tempat yang jauh di permukaan bumi. Supaya jangkauan
gelombang jauh diperlukan stasiun penghubung (relay), yang ditempatkan di
satelit atau di permukaan bumi.
Langganan:
Postingan (Atom)